Penulis : June
Kamis 15 September 2016
Pesantren di Kelurahan Ketapang, Kecamatan Kademangan ini, secara berkelompok, di lahan kosong disela-sela asrama santri, membuat tusuk sate super panjang hingga mencacah daging kurban, mereka lakukan bersama kelompoknya.
Uniknya, tusuk sate yang di buatnya sangat panjang, dengan panjang mulai 1 meter hingga mencapai 10 meter.
Kemudian daging yang sudah di iris kecil-kecil, ditusukkan ke tusuk sate yang ukurannya berbeda dengan sate kebanyakan.
Mereka menyebutnya tradisi sate lanjheng, yakni membuat sate dengan berukuran panjang dengan harapan mencari barokah dari sepotong daging kambing kurban.
Menurut Jaelani, salah satu santri ia bersama 25 santri dalam kelompoknya membuat sate lanjheng sepanjang 10 meter.
"Tusuk sate dengan ukuran panjang ini sudah menjadi tradisi kami setiap hari raya qurban Idul Adha. Kami memang sengaja membuat tusuk sate sepanjang 10 meter,"terang Jaelani, Kamis (15/9/2016) pagi.
Sementara itu menurut Ustadz Iyakmul Mukdin, pengasuh ponpes, tradisi membakar sate lanjheng ini merupakan tradisi turun temurun dan merupakan wujud kebersamaan antar santri.
"Tradisi turun temurun, dan merupakan kebersamaan para santri sidini,"ungkapnya.
Biasanya usai menyantab sate lanjheng ini, para santri kemudian menggelar acara halal-bihalal, baik antar santri maupun antar pengasuh ponpes.(jn)
Laporan : June
Editor : Dicko