Dengan demikian, lanjut Khofifah, orangtua langsung menyerahkan anak ke pendidikan sekolah padahal tak semua sekolah memiliki proses pengasuhan seperti halnya boarding school.
"Lalu kemudian mereka langsung menyerahkan ke sekolah padalah sekolah yang tidak boarding school, proses tarbiyah atau pengasuhan itu hampir tidak ada," tambahnya.
Padahal, lanjutnya, pendidikan pranikah di Indonesia bukanlah hal yang baru. Sejumlah kementerian dan lembaga negara seperti Kementerian Agama dan BKKBN juga telah menyediakan pelatihan pranikah.
"Tapi sekarang ada problem di lapangan, sebuah penelitian di lapangan di provinsi a,b,c, ternyata yang married by accident itu tinggi, sehingga mereka tidak memiliki waktu untuk melakukan pendidikan pranikah," jelasnya.
Lebih lanjut Khofifah berharap sosialisasi mengenai pendidikan pranikah bagi calon orangtua lebih masif lagi sehingga para calon orangtua siap menjadi pendamping untuk pembentukan karakter anak-anaknya nanti.
"Sehingga saya tekankan semua dimulai dari keluarga, karena mereka yang menciptakan karakter seseorang," pungkasnya. (Okezone)
Related Posts :
Juara Di Seleksi Guru Berprestasi, 2 Guru Loteng Dikirim Ke Asutralia- FC Sinar Harapan Gelar Serangkaian Perlombaan Jelang HUT Kemri Ke-72
- Ibadah Haji Merupakan Panggilan Allah SWT
- DPRD Kota Gunungsitoli Akan Menerbitkan Perda Tentang Perlindungan Anak
- DPRD Dituntut Tingkatkan Kwalitas dan Produktifitasnya