Salah satu peserta festival tayub nom-noman yang tempil bagus, tidak kalah dengan penayub senior. (foto: ahm) |
Nom-Noman berasal dari kata Jawa yang artinya Muda. Sengaja bertema Nom-Noman karena Festival Tayub kali ini pesertanya khusus anak sekolah setingkat SMA sederajat.
"Kesenian ini agar terus ada regenerasi sehingga Tayub yang merupakan salah satu ikon seni Blora bisa terus eksis di masyarakat," kata Kepala Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kebudayaan, Komunikasi dan Informatika (DPPKKI) Kab. Blora Slamet Pamudji SH, M.Hum saat menyampaikan sambutan Festival Tayub yang diselenggarakan di Blok T atau Pusat Oleh-oleh Khas Blora, Jumat (25/11).
Mumuk sapaan akrabnya mengungkapkan, keberadaan Tayub perlu dikenalkan dikalangan generasi muda, agar mereka tidak asing dengan keseniannya. Festival ini untuk menumbuhkembangkan dan mengasah anak-anak muda menarikan Tayub.
"Kecintaan generasi muda kepada budaya daerahnya terus digelorakan, sehingga ada keberlangsungan dari generasi ke generasi berikutnya," ujarnya.
Sementara itu, DR. Sri Budi Dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta yang juga didaulat sebagai Dewan Juri, menyampaikan apresiasi terselenggaranya Festival Tayub bagi anak-anak muda.
"Sebagai seniman dan akademisi saya sangat berterima kasih dan menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada semua pihak yang turut membantu suksesnya acara ini," katanya.
Sebagai kesenian khas Blora Tayub sudah dikenal luas dimasyarakat, namun perlu ada upaya-upaya berkesinambungan agar kesenian ini bisa terus berkembang. Ia mengaku bangga dengan penampilan para peserta yang begitu luwes menarikan Tayub.
"Tayub bisa dikembangkan dengan kreasi-kreasi agar tarian Tayub terlihat begitu indah," ujarnya.
Dalam Festival Tayub kali ini, juara I diraih SMK N 1 Blora, juara II diraih SMA N 1 Jepon sedangkan juara III diraih SMA N 1 Tunjungan. Harapan I, II, III masing-masing diraih SMK PGRI Blora, SMK Muhammadiyah 2 Blora, SMA N 1 Randublatung. Adapun juara favorit diraih SMK N 1 Cepu. (ahm/jo-ib)