MATARAM,Sasambonews.com,- Kisruh ratusan mahasiswa yang dipaksa cuti paksa oleh pihak rektorat IAIN Mataram berunjung kepada kesepakatan bahwa tidak ada lagi perpanjangan bayar SPP karena telah lewat waktunya dan ini menurut pihak kampus sudah dilakukan sosialisasi serta merupakan keputusan final berdasarkan kesepakatan rapat , hal ini terungkap setelah pihak dewan langsung bertemu dengan Rektor IAIN beserta jajarannya diruangannya, Rabu (22/3/2017).
Anggota Komisi V DPRD NTB TGH.Muammar Arafat menyebutkan bahwa keputusan rektor tidak bisa diganggu gugat, dan ini menurutnya sudah keputusan mereka demi kemaslahatan."Kasian juga dicuti , katanya sudah banyak dikasi kebijakan, ini kita minta secara tertulis. Sehingga nanti kita bisa jawab kepada perwakilan mahasiswa,"pungkasnya.
Muammar juga menjelaskan, bahwa komisi V mendukung apa yang sudah menjadi keputusan rektorat."Mau tidak mau demi kemaslahatan kita bersama. Ada ribuan ini yang tertib ,ingin juga ikut-ikutan tidak tertib, molor lagi kan sistem ini yang sudah baik amburadul lagi. Harus ada ketegasan, kalau ingin emas itu berat harus dibakar,"tandasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa jumlah mahasiswa yang terdata tidak membayar kewajibannya disemester ini berjumlah 309 mahasiswa."Jadi bukan 350 mahasiswa ya. Sebanyak 152 sudah mengajukan cuti dan sisanya yang belum jelas dianggap cuti,"terangnya.
Rektor IAIN Mutawalli mengungkapkan bahwa dirinya beberapa kali diteror melalui SMS akan dibunuh." Saya juga diteror diancam dibunuh, kita berjalan dengan sistem. Maju secara akademik tetapi sistem tidak baik , tidak ada artinya, Pembayaran SPP bulan Januari dan Februari, tidak ada diluar itu begitu juga diperguruan tinggi lain. "tandasnya.
Mutawalli juga menjelaskan bahwa pihak ombusman juga telah datang dan meminta klarifikasi. Dan diakui terdapat diskonek antara apa yang disampaikan mahasiswa dengan yang diterima ombusman dari rektorat."Obmusmen sudah bersurat dan mengklarifikasi masalah ini dan kita terus memberikan data hasil kebijakan tersebut."tandanya.
Salah satu mahasiswa yang juga cuti Supran yang ditemui mengungkapkan bahwa pihak kampus tidak sama sekali memberikan kelonggaran."Ada yang membayar diatas tanggal 2 Februari dan diterima pihak bank dengan alasan sampai tanggal 9 batasnya padahal batas SPP tanggal 2 Februari,setelah kita kesana ternyata pihak bank sampaikan sudah tutup,"ungkapnya.
Selain itu ia juga mengungkapkan bahwa pada saat waktu pembayaran dirinya masih berada di Sumbawa yang sedang dalam kondisi bencana,sehingga terlambat membayar ."Kita ini sedang dilanda musibah di Sumbawa, orang tua kami buruh dan sebenarnya ini sangat kita sesalkan, tidak ada sama sekali sosialisasi."tutupnya.Ipr